Gelorakan Diversifikasi Pangan Lokal, Ketua Penggerak PKK : Ini Harus di Edukasikan ke Masyarakat

SOFIFI – Gerakan Diversifikasi pangan lokal kembali di gelorakan di Kota Ternate oleh Kepala Dinas Pangan Provinsi Maluku Utara (Malut), Sri Haryanti Hatari.

Hal ini merupakan upaya Pemprov Malut melalui Dinas Pangan Provinsi Malut untuk terus mengkampanyekan betapa pentingnya mengkonsumsi Pangan lokal, sebab kenyang tidak harus dengan nasi saja.

Kegiatan yang dilangsungkan di aula Duafa Center, Kota Ternate, Sabtu (21/11/20) dengan topik “Diversifikasi Pangan Yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman Melalui Gathering UMKM Pangan Lokal” ini juga mendapat respon positif dari istri Gubernur yakni Ketua Penggerak PKK Provinsi Malut, Faoniah Djauhar Kasuba.

Selain melakukan sosialisasi, Sri Haryanti Hatari, juga tersu berupaya untuk melakukan promosi dalam bentuk gerakan pangan murah dan promosi pasar mitra tani/TTIC Provinsi Malut dengan menjual berbagai produk lokal Malut yang sudah dikemas sedemikian rupa dengan harga yang terjangkau murah.

Faoniah Djauhar Kasuba, dikesempatan itu mengatakan, Diversifikasi pangan merupakan program dengan tujuan agar masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja, melainkan ini terdorong untuk mengonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok yang selama ini dikonsumsi.

lanjut, kata Faoniah, Indonesia juga memiliki beragam hasil pertanian yang sebenarnya dapat dijadikan makanan pokok seperti sukun, ubi, talas, dan sebagainya yang dapat menjadi faktor pendukung utama diversifikasi pangan,”ucapnya. 

“Beberapa komoditas lokal yang berpotensi mengkonversi beras adalah sagu, singkong, aneka umbi, jagung, sorgum dan barley atau hanjeli”. Menurutnya, Apabila komoditas lokal ini termanfaatkan secara maksimal akan memberikan kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional.  Diversifikasi akan dimulai dari pengolahan.  Bila itu sudah diterima masyarakat, maka tinggal pengembangan produknya agar harga pangan lokal lebih terjangkau.

“Sosialisasi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) Provinsi Malut yang menghadirkan pimpinan organisasi wanita dan pelaku UMKM se-Malut, patut untuk kita mendengarkan uraian pentingnya mengkonsumsi pangan lokal dalam kehidupan kita”.

Di wilayah Indonesia bagian Timur, pangan lokal menjadi makanan favorit tanpa banyak melakukan sosialisasi, namun untuk memberikan pengetahuan betapa pentingnya mengkonsumsi pangan lokal, maka para peserta harus menjadi motor penggerak dalam mengkampanyekan pangan lokal.

“Tidak semua orang memahami pentingnya mengkonsumsi pangan lokal dan itu menjadi tanggungjawab kita untuk mengedukasi masyarakat.

Olehnya itu, saya berharap kampanye ini tidak hanya sebatas di dalam ruangan saja melainkan akan lebih luas lagi ke masyarakat paling bawah untuk mensosialisasikannya lagi.

Sementara, Kepala Dinas Pangan Provinsi Malut, Sri Haryanti Hatari senada dengan itu mengatakan, pergerakan pangan merupakan peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal.

Selain itu, dengan memprosikan pangan lokal penganekaragaman konsumsi pangan dari sisi ekonomi dapat merupakan strategi untuk menciptakan lapangan kerja mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi, mengurangi inflasi serta mengurangi tekanan terhadap tuntutan impor. Dengan bagitu, ini harus dilakukan melalui upaya optimalisasi potensi sumberdaya lokal.

Menurutnya, pengembangan pangan lokal mempunyai peran strategis dalam upaya penganekaragaman konsumsi pangan lokal daerah, karena bahan baku pangan tersebut tersedia secara spesifik di lokasi atau daerah.

Olehnya itu, dengan keanekaragaman unsur maka sumber daya daerah dapat dijadikan sarana untuk mewujudkan konsumsi penganekaragaman konsumsi pangan dalam pemantapan pangan nasional.

Sebagai bahan pangan kelas dua, dalam rangka untuk meningkatkan ketergantungan terhadap bahan pangan impor dan mengingatkan kita bahwa kayanya negeri kita ini dengan potensi pangan lokal yang beragam, bergizi seimbang dan aman sebagai alternatif sumber karbohidrat sekaligus memperkenalkan potensi pangan lokal dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, lingkungan sekitar kita hingga masyarakat lebih luas.

“Mari kita buang paradigma “Bolong Kanyang Kalau Bolong Makan Nasi” kita ganti dengan “Kanyang Tar harus Nasi, dan sehat bahagia dengan pangan lokal. (**)

614 View

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *