TIDORE- Di bawah terang lampu malam di Kelurahan Indonesiana, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Senin menggelorakan pesan persatuan dalam keberagaman. Dalam kampanye yang berlangsung di depan Pasar Sarimalaha—yang secara harfiah bermakna “mencari yang baik”—pesan itu menjadi inti dari pidato dan janji yang disampaikan.
“Jangan lupa, tanggal 27 kita ke TPS! HAS Malut nomor 1, dan Masi Aman nomor 1. Pilihan ini adalah langkah menuju perubahan nyata,” seru Senin dengan lantang, disambut sorakan ratusan warga yang hadir dengan penuh antusias.
Di tengah hiruk-pikuk kampanye, Senin juga menyelipkan refleksi personal. Ia mengisahkan perjalanan hidup yang penuh liku, menggambarkan bagaimana kesulitan yang ia alami sejak kecil menjadi pelajaran untuk memahami makna kebangkitan.
“Kesusahan bertubi-tubi mengajarkan saya untuk bangkit. Tanpa kehancuran, tidak ada kebangkitan. Tapi perjalanan yang paling berat adalah masuk ke hati kita sendiri, berdamai dengan ego, dan memilih untuk berbagi kebaikan,” ucapnya penuh haru.
Pesan itu bukan sekadar slogan. Dalam pandangannya, kebaikan tidak perlu dicari jauh-jauh. “Kebaikan itu harus kita tempatkan, di mana pun kita berada,” lanjutnya. Kampanye malam itu, dengan semangat gotong royong dan toleransi, menjadi wujud dari pesan itu.
Koalisi Semangka: Langkah Nyata untuk Kerukunan
Koalisi Semangka—dengan simbol merah di dalam, hijau di luar—menghadirkan harapan baru bagi masyarakat Tidore. Pasangan Masi Aman, yang terdiri dari Muhammad Sinensis dan Ahmad Laiman, mendapatkan dukungan solid dari koalisi partai besar seperti PDI Perjuangan, PKB, PKS, dan Perindo.
“Ini bukan sekadar komitmen lisan, ini langkah nyata. Kami sudah menandatangani komitmen ini di atas kertas dan hati kami,” tegas Laiman dalam pidatonya.
Salah satu program andalan mereka adalah perhatian khusus pada imam masjid dan pendeta, simbol upaya merawat harmoni lintas agama. Selain itu, mereka menjanjikan pembangunan sekretariat untuk semua paguyuban yang ada di Tidore, sebagai wadah untuk menjaga kebudayaan dan memperkuat persatuan.
“Ketika agama dan budaya terpelihara, maka pondasi kerukunan semakin kuat. Dengan kerukunan itu, Tidore akan bangkit bersama,” tambah Sinensis.
Kelurahan Indonesiana: Miniatur Indonesia
Kelurahan Indonesiana, yang menjadi lokasi kampanye ini, telah lama dikenal sebagai simbol keberagaman. Tempat di mana berbagai suku di Tidore hidup berdampingan. Dalam orasinya, Senin mengutip pernyataan Anies Baswedan, “Indonesia itu ada di tempat seperti Indonesiana, di mana berbagai suku dan budaya bertemu, saling mengisi, dan tumbuh bersama.”
Kampanye malam itu tidak hanya menghadirkan janji politik, tetapi juga membawa harapan akan masa depan yang lebih baik untuk Tidore. Di Sarimalaha, masyarakat diajak untuk menjadikan kebaikan sebagai dasar kehidupan bersama.
Momentum 27 November: Langkah Menuju Perubahan
Tanggal 27 November akan menjadi momen penting bagi warga Tidore. Di TPS, suara mereka akan menjadi penentu arah masa depan kota ini. Masyarakat Indonesiana, sebagai simbol keberagaman, diingatkan untuk hadir dan membawa harapan mereka ke dalam kotak suara.
Pilihan pada HAS Malut dan Masi Aman bukan hanya untuk politik, tetapi juga untuk merajut kerukunan dan membangun kesejahteraan bersama. Di Sarimalaha, kebaikan menjadi landasan, dan di tangan masyarakat, masa depan Tidore menjadi milik semua.(@b)