Cou: Mata Air Kemanusiaan di Kampung Nelayan Tomalou

oleh -6258 Dilihat
oleh

TIDORE – Abdullah Dahlan, akrab disapa Alud, Ketua Pemuda Tomalou yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tidore Kepulauan selama dua periode, menyampaikan kepada TV online tidore.net sebuah pesan mendalam tentang tradisi gotong royong atau dalam bahasa Tidore disebut “Cou.”

“Cou adalah mata air kemanusiaan. Ia mesti dirawat tak hanya dalam ingatan tetapi juga dalam laku,” ujar Alud saat ditemui di sela-sela kegiatan kerja bakti, Minggu pagi (26/1). Baginya, tradisi ini lebih dari sekadar aktivitas kolektif. Di Tomalou, Kelurahan yang terletak di Kecamatan Tidore Selatan, gotong royong adalah wujud nyata dari semangat memanusiakan relasi sosial. “Cou jadi benteng peradaban di kampung nelayan ini,” lanjutnya, mengutip esai Asghar Saleh yang telah menginspirasi generasi muda Tomalou.

Pembangunan Gedung Islamic Center dengan Semangat Cou

Minggu pagi, warga Tomalou bahu-membahu membangun tembok tepi untuk lokasi pembangunan Gedung Islamic Center. Tembok tersebut, yang mencapai panjang 80 meter dan tinggi 6 meter, merupakan bukti nyata dari semangat swadaya masyarakat. Pekerjaan dimulai sejak pagi pukul 08.00 WIT dan selesai dalam waktu singkat pada pukul 11.00 WIT, melibatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial.

“Cou ini adalah energi sosial kami. Warga dengan antusias datang dan ikut serta, tidak hanya menyumbangkan tenaga, tetapi juga semangat,” jelas Alud. Ia menyebut bahwa partisipasi kolektif ini adalah wujud nyata dari nilai-nilai kebersamaan yang diwariskan turun-temurun di Tomalou.

Di sela-sela kegiatan, terdengar yel-yel semangat khas Tidore, “Ooo Greceleee,” yang terus digaungkan oleh para pemuda untuk menjaga motivasi. Kata tersebut, yang berarti “ayo semangat,” menjadi simbol dari tekad mereka untuk menyelesaikan pembangunan yang kelak menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial di Tomalou.

Gotong Royong sebagai Identitas Sosial

Bagi masyarakat Tomalou, gotong royong bukan hanya aktivitas sesaat, melainkan identitas yang terus dijaga. Alud menambahkan, kerja bakti ini melibatkan berbagai kelompok pemuda seperti Darussalam01, NSD02, Phantig03, Chamhaho04, dan JikoMaNgora05. “Ini adalah bentuk dari peran kolektif semua pihak. Cou bukan sekadar aktivitas fisik, tapi juga ikatan sosial yang memperkuat rasa memiliki terhadap kampung ini,” ungkapnya.

Gedung Islamic Center yang sedang dibangun diharapkan menjadi simbol kebangkitan peradaban di Tomalou. Melalui semangat Cou, masyarakat ingin menunjukkan bahwa kolaborasi dan kerja keras mampu menggerakkan perubahan yang signifikan.

Sebagai penutup, Alud menekankan bahwa tradisi Cou harus terus dirawat dan diwariskan kepada generasi mendatang. “Ooo Greceleee, kita harus terus menjaga energi sosial ini. Karena di sinilah kita belajar tentang arti menjadi manusia dan bermasyarakat,” pungkasnya.(@b)

No More Posts Available.

No more pages to load.