TIDORE – Aula Tien Wahab Polresta Tidore terasa adem bukan karena pendingin ruangan semata, tapi karena suasana yang dibangun dengan rasa. Pukul 13.00 WIT, ruangan itu penuh, tak hanya dengan kursi dan barisan Bhayangkari yang rapi, tapi juga dengan keinginan tulus untuk belajar dan memperbaiki diri.
Yang menjadi magnet hari itu bukan sekadar jabatan, tapi pengalaman: Dr. Aqua Dwipayana, M.I.Kom. Ia bukan polisi, bukan jenderal. Tapi ia paham bagaimana menyalakan semangat di antara seragam dan loyalitas. Dalam setiap kalimatnya, ia memantik kesadaran: komunikasi bukan hanya tentang berbicara, tapi tentang menyampaikan jiwa.
Dari Konsep ke Karakter
Aqua memulai dengan tiga B yang menjadi napas hidupnya: Berdoa, Bekerja Optimal, dan Bersyukur. “Berdoa bukan soal ritus, tapi kompas. Bekerja bukan soal rutinitas, tapi dedikasi. Dan bersyukur, itu adalah tindakan. Wujud syukur adalah melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Ia tidak menyodorkan teori rumit. Yang ia berikan adalah bekal bernapas dalam realitas. Konsep 3K Kredibilitas, Komitmen, Konsisten ia tekankan sebagai alat membangun karakter. Sementara 4 AS Kerja Ikhlas, Cerdas, Keras, dan Tuntas jadi cara untuk menumbuhkan loyalitas tanpa pamrih.
Namun lebih dari itu, Aqua berbicara tentang peran istri, tentang harmoni dalam rumah, dan tentang makna menjadi teladan dalam keluarga. “Istri polisi adalah kekuatan yang tidak selalu terlihat, tapi selalu terasa.
Pemimpin yang Hadir, Anggota yang Punya Jiwa
Di ruang itu, Kapolresta AKBP Heru Budi Harto, S.I.K., M.I.K tidak hanya duduk sebagai tuan rumah. Dalam pandangan Aqua, ia adalah sosok yang memberi warna pada budaya institusi. “Saya bisa rasakan antusiasme anggota karena kepemimpinan Pak Kapolresta. Ini bukan kebetulan,” katanya.
Ia pun mengingatkan: seorang komandan bukan hanya manajer tugas, tapi pengambil tanggung jawab. Sementara anggota, harus menjadi pribadi yang berkarakter. Karakter itu, menurutnya, adalah ketika seseorang tetap santun dalam tekanan, tetap hormat dalam perbedaan, dan tetap tenang dalam badai komunikasi.
“Mengapa karakter penting? Karena masyarakat menilai polisi bukan dari lencana, tapi dari perilaku,” ucapnya.
Komunikasi: Titik Berat Kinerja Polri
Bagi Aqua, akar dari semua kinerja adalah komunikasi. Bukan yang basa-basi, tapi yang membangun kepercayaan. Ia menyebut dua jenis komunikasi yang harus dikuasai: internal dan eksternal. Keduanya saling menopang, saling memperkuat. Maka, katanya, penting menerapkan komunikasi komprehensif.
“Jangan pernah meremehkan siapa pun. Hormati semua orang. Karena seringkali, suara yang paling lemah justru menyimpan kebenaran paling kuat,” tegasnya.
Kunjungan yang Penuh Arti
Usai sesi, Aqua menunaikan salat Asar bersama jajaran di Mushola Bhara Taqwa. Simbol kecil, tapi bermakna dalam. “Saya terkesan,” ujarnya dalam wawancara singkat. “Ini kali kedua saya ke Polresta Tidore. Dan hari ini saya belajar banyak.
Ia menyebut Polresta ini sebagai institusi besar dengan semangat muda. “Kebersihan kantornya, semangat anggotanya, keterlibatan ibu Bhayangkari, itu cermin dari manajemen yang sehat.
Saat ditanya harapannya, Aqua menjawab “Pertahankan yang baik, dan hidupkan dengan aksi. Apa yang saya sampaikan bukan teori. Ini hasil pengalaman bicara pada dua juta orang lebih di dalam dan luar negeri.”
Refleksi Terakhir
Apa yang terjadi di aula itu lebih dari sekadar seminar. Ia adalah ruang refleksi. Tentang bagaimana menjadi abdi negara yang tak hanya taat prosedur, tapi juga punya hati. Tentang bagaimana membangun institusi, bukan dari atas, tapi dari dalam.
Karena pada akhirnya, yang akan dikenang masyarakat bukan apa pangkatmu, tapi bagaimana kamu berbicara, bagaimana kamu bersikap, dan bagaimana kamu hadir di tengah mereka. Dan siang itu, Polresta Tidore telah memberi contoh. (@b)