Muhammad Abubakar Ajak Kaum Muda Tidore Menjaga Adat dan Wajah Kota

oleh -417 Dilihat
oleh

TIDORE – Tidore Kepulauan  Dalam kota kecil yang sarat sejarah ini, suara Muhammad Abubakar yang akrab disapa M.A bergema seperti seruan dari masa depan. Kepada generasi muda Tidore, ia mengingatkan: masa depan negeri ini tidak dibangun dalam ruang kosong. Ia tumbuh di antara tradisi, adat, dan wajah kota yang kita rawat hari ini.

Dalam pernyataan terbuka kepada media, M.A, yang kini menjabat Ketua Kamtibmas Polresta Tidore, memilih berbicara bukan dengan ancaman, tetapi dengan kepercayaan: bahwa kaum muda masih bisa diajak berpikir lebih jauh, lebih dalam, tentang arti menjaga tanah mereka.

“Kepada adik-adik semua, mari berpikir lebih jauh. Di tangan kalian, arah negeri ini akan dibentuk,” ujarnya, dalam nada yang lebih menyeru untuk merenung ketimbang menggurui.

Bukan tanpa alasan seruan ini disampaikan. Muhammad Abubakar menyoroti fenomena maraknya coretan liar di kawasan Tugulufa sebuah ruang publik yang menjadi etalase wajah Kota Tidore. Coretan-coretan sembarangan di fasilitas umum, katanya, bukan sekadar tindakan remeh. Itu cermin dari seberapa jauh kita mengabaikan adat, etika, dan penghormatan terhadap ruang bersama.

“Kita ini Kota Santri. Negeri yang menjunjung tinggi adat dan aturan,” kata M.A, mengingatkan dengan tenang namun tegas. “Jangan lagi ada tulisan-tulisan sembarangan, apalagi yang menyerang salah satu institusi.”

Di tengah gempuran zaman yang serba cepat, M.A memilih pendekatan yang tidak selalu populer di dunia keamanan: mendahulukan imbauan daripada tindakan represif. Ia lebih suka mengulurkan tangan, membangun kesadaran, sebelum hukum berbicara lebih keras.

“Mari bijak dalam bersikap,” ujarnya, memberi ruang bagi para muda untuk memperbaiki diri sebelum penyesalan datang. “Sebelum kalian merasakan efek jera dari petugas, saya mendahului dengan peringatan ini.

Muhammad Abubakar bukan nama baru dalam membina kaum muda di Tidore. Ia pernah memimpin KNPI selama dua periode, menjabat sebagai Ketua RAPI Kota Tidore, serta Ketua ASKOT. Riwayat itu membuat suaranya hari ini punya bobot: ia bicara bukan dari atas, melainkan dari tengah-tengah perjalanan panjang bersama generasi yang tumbuh di tanah ini.

Di ujung seruannya, ia menekankan satu hal sederhana namun penting: sudahi sudah, semua coretan yang tidak mendidik. Karena membangun kota, membangun peradaban, sesungguhnya bermula dari bagaimana kita memperlakukan ruang hidup kita sendiri.

Dalam dunia yang kian riuh, Muhammad Abubakar memilih jalan sunyi: mengingatkan bahwa masa depan lahir dari kesadaran kecil yang terus dipelihara. Tidore, dan kehormatannya, ada di tangan kita semua. (@b)

No More Posts Available.

No more pages to load.