TIDORE- Di bawah langit Seli yang bersih, di antara hamparan kebun yang disebut warga Hate Jati, Ketua Komisi II DPRD Kota Tidore Kepulauan, Abdurachman Arsad, melanjutkan perjalanan resesnya, Senin (28/4). Ini adalah pertemuan ketiga, setelah sebelumnya menyapa warga Kelurahan Jiko Cobo dan Mafututu. Agenda hari itu tidak lahir dari sekadar formalitas politik. Ia tumbuh dari suara nyata: permintaan kelompok tani Kecamatan Tidore dan Tidore Timur, dua wilayah yang sepenuhnya berada di dapilnya.
Abdurachman, yang akrab dipanggil On, berbicara lugas di hadapan petani. Kelompok-kelompak tani yg tersebar di wilayah Tidore Timur dan Kecamatan Tidore, dari tanaman hortikultura seperti cabai hingga tomat mengajukan usulan sederhana namun vital: alat sinta, perlengkapan pertanian, dan dukungan fasilitas seperti profil tank untuk mengatasi tantangan air di lahan-lahan tidak rata.
“Bukan soal bantuan semata,” ujar On dalam sesi wawancara singkat, “Ini tentang bagaimana petani kita bisa bersaing. Supaya hasil mereka punya nilai tawar di pasar.”
Ada keinginan besar di balik permintaan itu. Para petani berharap, saat hasil panen mereka masuk ke tangan para pengepul atau dibo-dibo dalam bahasa lokal harga yang diberikan bukan lagi sekadar belas kasihan, melainkan harga yang pantas dan adil. Keseimbangan itu penting: petani menikmati jerih payahnya, masyarakat mendapatkan produk segar dengan harga terjangkau.
Lebih jauh, On menyinggung pentingnya dukungan sistemik dari pemerintah daerah. Ia menyebut program Wali Kota Tidore Muhammad Sinen dan Wakil Wali Kota Ahmad Laiman, yang menargetkan pemberdayaan petani sejak pembukaan lahan hingga akses pasar.
“Kalau program ini bisa mengalir dari niat ke tindakan nyata,” katanya, “saya yakin petani kita akan lebih dari sekadar bersyukur. Mereka akan punya masa depan.”
Ada satu pesan strategis yang tak boleh diabaikan: siklus tanam harus diatur. Tidak boleh semua serentak. Jika tanaman bergelombang sesuai musim, hasil panen bisa tersebar merata sepanjang tahun memenuhi kebutuhan lokal dan bahkan wilayah tetangga.
Menutup reses ketiga itu, suara On terdengar lebih pelan, nyaris seperti bisikan doa. Ia mengutip Surat Al-Baqarah ayat 261, tentang biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, masing-masing menghasilkan seratus biji. Sebuah gambaran tentang bagaimana kebaikan kecil bisa berlipat ganda, bila dilakukan dengan tulus.
“Saya hanya ingin berbagi,” kata On. “Membantu petani kita adalah bagian dari itu. Karena dari tanah inilah, rezeki untuk semua kita tumbuh.”(AA)