Menganyam Harapan di Tepi Pantai Maregam: Padat Karya Tunai dan Semangat Kolektif Warga

oleh -216 Dilihat
oleh

TIDORE- Menganyam Harapan di Tepi Pantai Maregam: Padat Karya Tunai dan Semangat Kolektif WargaTIDORE -Di sepanjang bentangan pantai Desa Maregam, Kecamatan Tidore Selatan, geliat perubahan mulai terasa. Bukan oleh deru alat berat, melainkan oleh derap langkah warga desa yang sejak pagi menggenggam cangkul dan harapan. Pemerintah Desa Maregam, di bawah kepemimpinan Rakib Soleman, sedang menenun lembar baru pembangunan desa dengan benang bernama Padat Karya Tunai (PKTD), berbasis semangat gotong royong dan bahan lokal.

Landasan hukum dari program ini tak datang dari ruang hampa. Peraturan Menteri Desa Nomor 2 Tahun 2024 menjadikan PKTD sebagai titik berat penggunaan Dana Desa pada 2025. Namun di Maregam, implementasinya bukan sekadar pelaksanaan regulasi. Ia menjelma sebagai ikhtiar kolektif untuk mengangkat martabat warga, memperkuat ikatan sosial, dan menciptakan peluang kerja yang tak mengenal diskriminasi.

“Kami ingin semua warga merasa memiliki dan terlibat. Termasuk ibu-ibu, penyandang disabilitas, mereka yang selama ini mungkin tak terlihat,” ujar Rakib dengan nada tenang, tapi penuh tekad. Ia duduk di sebuah bale bambu di tepi pantai, menyaksikan langsung proses pembangunan yang kini mulai membentuk wajah baru kawasan pesisir.

Yang menarik dari pendekatan ini adalah keberanian desa Maregam untuk memilih jalan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Tidak ada pembangunan yang terburu-buru. Semua keputusan, dari bentuk jalan setapak hingga titik pembangunan sanitasi, diambil lewat musyawarah desa. Dalam proses ini, suara warga menjadi pondasi utama. Mereka tak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi sekaligus penggerak perubahan.

Program ini tak hanya soal infrastruktur. Ia menjadi medium untuk memupuk solidaritas, membangun ketahanan sosial, bahkan menjaga keseimbangan ekologis. Pasir dan batu dari Maregam sendiri digunakan, menciptakan sirkulasi ekonomi kecil di dalam desa. Ini bukan proyek yang sekadar selesai, tetapi yang bisa tumbuh bersama masyarakatnya.

Melalui pendekatan ini, Dana Desa telah bermetamorfosis dari sekadar alokasi anggaran menjadi instrumen pemberdayaan. Bukan hanya angka dalam laporan, melainkan denyut nadi kehidupan yang berdetak di sela-sela aktivitas warga. Di Maregam, pembangunan bukan sekadar hasil, tapi juga proses yang menyatukan: antara yang muda dan tua, antara kekuatan dan ketekunan.

Jika pembangunan sering diartikan sebagai bangunan menjulang atau jalan mulus, di Maregam maknanya lebih dalam. Ia adalah ruang perjumpaan antarwarga, medan berbagi peran, dan tempat di mana harapan bisa tumbuh dari tanah dan pasir sendiri.

“Yang kami bangun bukan cuma fisik, tapi juga harga diri,” kata Rakib, menutup perbincangan dengan pandangan yang jauh menembus laut, seakan ia melihat masa depan desanya di balik cakrawala. Dan di situ, pantai Maregam pelan-pelan menjadi panggung kecil di mana pembangunan yang berkeadilan menemukan wajahnya.(@b)

No More Posts Available.

No more pages to load.