Malam Pesparawi di Sofifi: Nyanyian Iman yang Merajut Persaudaraan

oleh -32 Dilihat
oleh

SOFIFI – Malam di Sofifi terasa berbeda. Udara sejuk yang menyelimuti halaman Kantor Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara tiba-tiba riuh oleh dentuman drumband SMA Negeri 5 Kota Tidore Kepulauan.

Dentuman itu bukan sekadar musik pembuka, melainkan tanda dimulainya sebuah perayaan iman, budaya, dan persaudaraan: Eksebisi Pesparawi dan Lomba Musik Yangere Tahun 2025.

Dengan penekanan sirene, Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe, didampingi Sekda Samsudin Abdul Kadir dan Kakanwil Kemenag Amar Manaf, resmi membuka rangkaian kegiatan yang akan menjadi salah satu momentum penting dalam kalender kebudayaan dan keagamaan Malut.

Lebih dari Sekadar Lomba

Dalam sambutannya, Wagub Sarbin Sehe menegaskan bahwa Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) bukan hanya ajang adu suara. “Pesparawi adalah wujud iman, takwa, sekaligus sarana melestarikan budaya dan merawat persaudaraan,” ujarnya penuh semangat.

Bagi Wagub, kemenangan bukanlah tujuan utama. Lebih dari itu, Pesparawi menjadi ruang untuk memperkuat keharmonisan sosial, menumbuhkan kebersamaan, dan menghadirkan sukacita bagi seluruh umat.

Iman dan Kasih Sayang sebagai Pondasi Bangsa

Senada dengan Wagub, Kakanwil Kemenag Malut, Amar Manaf, mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan nilai spiritual. Ia menekankan bahwa pembangunan bangsa tidak boleh membuat masyarakat jauh dari keyakinan agama.

“Kerukunan bukan hanya soal saling menghormati, tetapi juga membangun rasa cinta dan kasih sayang antar sesama manusia. Semua agama mengajarkan itu,” tegasnya.

Baginya, kerukunan beragama adalah pondasi yang menopang persatuan bangsa. Jika pondasi itu goyah, maka persatuan akan ikut terancam.

Yangere: Warisan Budaya, Simbol Persaudaraan

Yang membuat Pesparawi kali ini istimewa adalah hadirnya Lomba Musik Yangere, kesenian khas Maluku Utara yang telah diakui sebagai warisan budaya nasional. Bagi Ketua Panitia sekaligus Ketua LPPD Malut, Naly Thomas, Yangere bukan hanya hiburan, melainkan ekspresi budaya yang sarat makna.

“Yangere mengandung literasi budaya, ekonomi, hingga toleransi dan demokrasi. Ini bagian dari kekayaan Maluku Utara yang harus kita banggakan,” jelas Naly.

Ajang Menuju Pentas Nasional

Eksebisi Pesparawi tahun ini diikuti oleh 366 peserta dari tujuh kabupaten/kota di Malut. Mereka bukan hanya menampilkan kemampuan terbaik, tetapi juga mempersiapkan diri untuk Pesparawi Nasional di Manokwari, Juni 2026.

Meski atmosfer kompetisi terasa, namun semangat persaudaraan jauh lebih kuat. Setiap nyanyian paduan suara, setiap alunan Yangere, seolah menjadi bahasa universal yang mempersatukan lintas suku, agama, dan etnis.

Pesparawi untuk Maluku Utara dan Indonesia

Lebih dari sekadar event, Eksebisi Pesparawi adalah perayaan kebersamaan. Ia mempertemukan nilai ketuhanan, budaya lokal, dan semangat kebangsaan dalam satu panggung. Maluku Utara sekali lagi menunjukkan dirinya sebagai tanah yang kaya akan harmoni, di mana iman dan budaya berjalan beriringan untuk merajut persaudaraan.

Seperti kata Wagub Sarbin, “Menang dan kalah bukan prioritas. Yang terpenting adalah menjaga hubungan yang baik, harmonis, dan penuh persaudaraan.”

Dan malam itu, Sofifi membuktikan: Pesparawi bukan hanya lomba, melainkan simfoni iman, budaya, dan cinta kasih yang akan terus menggema hingga ke pentas nasional. (*)

<

No More Posts Available.

No more pages to load.