Tour de Pattimura, Ketangguhan Atlet dan Pesona Tidore dalam Satu Lintasan

oleh -40 Dilihat
oleh

TIDORE — Di bawah langit biru dan angin laut yang menyapa, seratus pesepeda memulai perjuangan mereka menyusuri jalan berkelok Pulau Tidore.

Bukan sekadar balapan, Tour de Pattimura menjadi paduan adrenalin, kebersamaan, dan pameran keindahan alam sebuah perayaan olahraga yang sekaligus menandai HUT ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pelepasan resmi oleh Pangdam XV/Pattimura, Mayjen TNI Putranto Gatot Sri Handoyo, menandai pembukaan ajang yang membawa peserta dari Jakarta, Sumatera, Jambi, Makassar, Manado, Ambon, Ternate, hingga daerah lain. Di sela-sela barisan sepeda, wajah-wajah tegang berbaur dengan senyum, menunggu tantangan 88 kilometer yang menguji tenaga dan kesabaran.

Satu putaran di Tidore sekitar 44 kilometer dua putaran total 88 kilometer,” ujar Mayjen Putranto.

Ia menekankan alasan memilih Tidore bukan hanya karena panoramanya, melainkan juga pertimbangan keselamatan rute.

“Medannya cukup berat dengan tanjakan dan turunan sekitar 10–15 kilometer. Namun melihat semua peserta finis dengan selamat, itu kebahagiaan tersendiri, “katanya.

Lintasan yang berkelok melewati desa pesisir, tebing berhiaskan tanaman tropis, dan jalanan kota kecil memberi kontras dramatis: kadang peserta melesat di turunan panjang, terkadang merayap di tanjakan yang menguji kekuatan otot dan mental. Bagi banyak pesepeda, keindahan alam adalah hadiah di sela sengitnya persaingan.

Pangdam menilai lomba ini sebagai media memperkuat kemanunggalan TNI dengan rakyat. “Ajang olahraga seperti ini menjadi sarana membangun semangat kompetisi yang sehat, mempererat persaudaraan, dan menggali potensi muda,” ujarnya.

Di tribun, warga setempat menyaksikan dengan antusias, menyambut tamu-tamu yang datang jauh demi lintasan ini.

Wakil Gubernur Maluku Utara Sarbin Sehe menambahkan dimensi sosial-ekonomi kegiatan ini. Selain mendorong prestasi olahraga, Tour de Pattimura menurutnya berperan sebagai katalis pariwisata dan pendorong ekonomi lokal dari akomodasi, kuliner, hingga UMKM.

“Atlet dari luar daerah bisa melihat keindahan Tidore, lalu menceritakannya kembali di daerah asal mereka,” kata Sarbin. Harapan itu tak hanya retorika, antusiasme peserta dan penonton memberi sinyal bahwa potensi sport tourism di Tidore nyata adanya.

Di antara deru pedal dan napas yang berat, muncul kisah-kisah kecil yang memberi nyawa pada acara ini. Ada Reza Maulana dari Sumatera Utara yang naik podium tertinggi kategori Elite, wajahnya kusut oleh kelelahan namun berkaca-kaca mendengar yel dari pendukungnya. “Rute ini menantang, tapi pemandangannya luar biasa. Saya pulang membawa trofi dan cerita yang akan saya banggakan,” ujar Reza singkat.

Para juara kategori lain seperti Eko Bayu Nurhidayat (Open) dan Alvin Firlandi (Master) juga membawa pulang piala tetap, piagam, dan uang pembinaan. Bagi mereka, lomba adalah latihan, promosi diri, dan kesempatan membuka jaringan antar-komunitas sepeda di Tanah Air.

Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, menyambut hangat kegiatan ini sekaligus berterima kasih kepada seluruh tamu.

Ia berharap penyelenggaraan memberi dampak positif untuk masyarakat setempat, sekaligus menjadi panggung bagi Tidore untuk dikenal lebih luas. Ia juga menyampaikan permintaan maaf atas kekurangan layanan selama menjadi tuan rumah, namun optimistis momen ini meninggalkan kesan baik bagi para peserta dan tamu.

Pangdam sendiri berharap Tour de Pattimura menjadi agenda berkelanjutan. Selain mendorong lahirnya atlet berprestasi, kesinambungan event akan memberi manfaat jangka panjang bagi pariwisata dan perekonomian lokal.

Tour de Pattimura di Tidore bukan hanya soal siapa tercepat di lintasan. Ia adalah cerita tentang keberanian menghadapi tanjakan, persahabatan yang tercipta di sela napas terengah, dan bagaimana sebuah kegiatan olahraga mampu mempertemukan tujuan pertahanan, budaya, dan pembangunan ekonomi.

Dalam balapan yang menuntut fisik dan strategi ini, Tidore tampil bukan hanya sebagai lintasan, tapi sebagai tuan rumah yang membuka lembar baru pada peta sport tourism Indonesia.

Untuk diketahui, Kategori Elite Juara I dimenangkan oleh M. Reza Maulana (Sumatera Utara), Juara II  M. Fachri Naufal Barokah (Jambi), Juara III Alpinestar Worotitjan.

Kategori Open: Juara I, Eko Bayu Nurhidayat; Juara II, Muhammad Ridwan; Juara III, Ismail Azis.

Kategori Master: Juara I,  Alvin Firlandi; Juara II, Abdan Rosyidan Juara III Kamarudin. (@b)

<

No More Posts Available.

No more pages to load.