Tiga Pulau Disisir, Ini Aksi Nyata Sherly Laos

oleh -449 Dilihat
oleh

Tvonlinetidore.net- Di tengah bentang kepulauan Maluku Utara yang menantang, Gubernur Sherly Tjoanda Laos menegaskan gaya kepemimpinan yang hadir langsung di lapangan. Dalam rangkaian kunjungan kerja maraton pada 10–12 Desember 2025, ia menyusuri Halmahera Utara, Pulau Morotai, hingga Halmahera Barat membawa pesan yang sama negara harus hadir sampai ke desa-desa terpencil.

Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos saat pose bersama warga Morotai saat kunjungan kerja di Desa Buho-Buho.

Perjalanan ini bukan sekadar seremonial. Dari pangan murah, layanan kesehatan, janji infrastruktur, hingga meredam konflik sosial, Sherly memperlihatkan wajah kepemimpinan yang responsif dan membumi.

Halmahera Utara: Maraton Kerja dari Pangan hingga Kesehatan

Rabu, 10 Desember 2025, sejak pukul 10.05 WIT, rombongan gubernur bergerak dari satu titik ke titik lain di Kabupaten Halmahera Utara. Didampingi Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara, Sufari, serta jajaran DPRD dan OPD, Sherly memulai agenda di Gedung Kesenian Kao, Kecamatan Kao, dalam Gerakan Pangan Murah (GPM) menjelang Natal dan Tahun Baru.

Di hadapan warga, Sherly menanggapi keluhan soal gedung kesenian yang belum rampung.
“Terkait bangunan ini sudah ada anggarannya, tapi kenapa belum dikerjakan, nanti saya cek kembali,” tegasnya.

Pernyataan itu langsung direspons Kajati Malut yang memerintahkan Kajari Halut menelusuri persoalan tersebut menandai komitmen transparansi dan akuntabilitas. Tak berhenti di situ, Sherly juga mendorong Pos Bantuan Hukum di desa-desa agar aktif sehingga agar persoalan masyarakat dapat diselesaikan cepat dan adil.

Agenda berlanjut ke Desa Pediwang (Kao Utara) dan Desa Kusuri (Tobelo Barat) untuk GPM, lalu ke Desa Lona Ino, Tobelo Tengah. Di sana, ia menyerahkan bantuan bagi nelayan: empat unit kendaraan Viar, 26 cool box, armada tangkap 1,5–3 GT, dan freezer menguatkan sektor perikanan sebagai tulang punggung ekonomi lokal.

Di Desa Gosoma, Sherly meresmikan SMK Pariwisata Manggala, menyerahkan satu unit Orbit CSR Telkomsel, serta bantuan pembangunan jalan aspal sepanjang dua kilometer. Kunjungan ditutup dengan peninjauan Jalan Tani di Desa Wosia, memastikan akses petani ke lahan dan pasar.

Rangkaian padat itu berpuncak di RSUD Tobelo. Dalam kegiatan bertema “Kado Natal Gubernur di Bulan Kasih”, Sherly menghadiri operasi pasien hydrocephalus dan pemeriksaan balita pencegahan stunting hasil kolaborasi Pemprov Malut, Pemkab Halut, dan PT Phapros Tbk.

Direktur RSUD Tobelo, dr. Janta Bony, menyebut kehadiran gubernur sebagai kehormatan besar.
“Stunting adalah tantangan serius di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara. Kegiatan ini memperkuat deteksi dini dan edukasi kepada keluarga,” ujarnya.

Sementara Sherly menegaskan pentingnya kolaborasi. Halmahera Utara menjadi tempat uji coba pertama kolaborasi pusat, daerah, dan PT Phapros memberi solusi konkret bagi anak-anak dengan hydrocephalus. Ia berharap program ini menjadi agenda rutin dan mendorong puskesmas lebih aktif dalam sosialisasi pemeriksaan kesehatan gratis.

Janji Jalan untuk Loloda Utara

Dalam kunjungannya, Gubernur perempuan pertama di Maluku Utara ini menyatakan komitmen menuntaskan jalan Loloda Utara yang puluhan tahun terisolir. Sherly membawa kabar yang lama ditunggu warga pesisir Loloda Utara pembangunan jalan lapen tahap awal pada 2026 yang akan dibangun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

“Tahun 2026 jalan lapen akan dibangun delapan kilometer dari total 17 kilometer. Sisanya kita tuntaskan 2027,” ujarnya.

Namun, proyek ini mensyaratkan pembangunan empat jembatan beton bentang 15–20 meter dengan estimasi biaya Rp100 miliar.
“Ini belum masuk perencanaan. Kami akan berkomunikasi dengan Kementerian PU untuk dukungan,” tambahnya.

Sherly menegaskan, jalan ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi upaya pemerataan pembangunan dan membuka akses ekonomi serta layanan dasar bagi wilayah pesisir terpencil.

Morotai: Pulang dengan Amanah

Kamis, 11 Desember 2025, Sherly tiba di Pulau Morotai untuk pertama kalinya sebagai gubernur. Sambutan warga terasa berbeda. Di pulau yang pernah dipimpin almarhum suaminya, Benny Laos, Sherly datang membawa amanah baru sekaligus ikatan emosional lama.

Agenda dimulai dengan Gerakan Pangan Murah di Morotai Timur dan Pulau Rao. Beras, minyak goreng, dan kebutuhan pokok dijual lebih murah bagi warga jelang Nataru. Bantuan sarana usaha bagi nelayan dan koperasi juga diserahkan.

Di hadapan masyarakat, Sherly menyampaikan pesan persatuan.”Persatuan adalah kunci. Pembangunan inklusif tanpa diskriminasi lahir dari persatuan. Perbedaan politik harus kita akhiri,” tegasnya.

Sore harinya, ia menghadiri pentahbisan Gereja GMIH Eben Haezer di Desa Buho-buho. Dengan tema Natal “Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga”, Sherly mengajak warga memperbaiki relasi keluarga dan saling memaafkan.

Ketika jemaat menyebut keteladanan almarhum Benny Laos, suasana haru pecah.
“Jika ada yang terinspirasi oleh almarhum dan mempraktikkan keteladanannya, semoga terberkati,” ucap Sherly lirih.

Morotai hari itu bukan hanya menyambut gubernur, tetapi seorang bagian dari sejarah pulau yang kembali dengan tanggung jawab lebih besar.

Halmahera Barat: Meredam Konflik, Menjaga Keadilan

Masih pada Jumat, 12 Desember 2025, Sherly bergerak cepat ke Desa Sidangoli Dehe, Kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat. Keributan pecah antara warga Sidangoli Dehe dan Domato terkait klaim lahan pembangunan 36 unit rumah relokasi.

Di teras Kantor Camat, Sherly memimpin dialog terbuka. Warga Domato mengaku baru mengetahui rencana pembangunan di lahan yang mereka klaim sebagai wilayahnya, sementara Sidangoli Dehe menyatakan seluruh persiapan sudah disepakati sebelumnya.

Bupati Halbar James Uang mengakui batas wilayah kedua desa belum ditetapkan resmi. Mendengar itu, Sherly bersikap tegas.
“Batas wilayah itu kewenangan kabupaten. Kalian selesaikan dulu baik-baik. Kalau lahan sudah beres, baru saya kasih bantuannya. Kalau tidak beres, dua-duanya tidak dapat,” katanya, disambut riuh warga.

Ia menekankan masih ada 1.185 desa di Maluku Utara yang juga membutuhkan bantuan perumahan.

“Musyawarah desa, tetapkan batas dengan Pak Bupati, lalu ke BPN. Setelah itu saya kembali beri bantuannya. Setuju?” ujarnya, dijawab serempak oleh warga.

Kepala Dinas Perkim Malut, Musrifah Alhadar, menjelaskan pembangunan rumah tersebut berasal dari dana CSR BNI sehingga tidak terikat tahun anggaran dan bisa dilanjutkan setelah masalah lahan tuntas.

Dari Halmahera Utara hingga Morotai dan Halmahera Barat, jejak Sherly Laos selama tiga hari menunjukkan pola yang konsisten: turun langsung, mendengar, lalu bertindak. Ia berbicara tentang pangan murah di desa, kesehatan anak-anak, jalan pesisir terpencil, hingga keadilan sosial di tengah konflik.

Di wilayah kepulauan yang kerap merasa jauh dari pusat, kunjungan ini memberi pesan kuat: pemerintah provinsi tidak hanya hadir di balik meja, tetapi menyusuri laut dan daratan, memastikan pembangunan benar-benar menyentuh kehidupan rakyat.

Bagi Maluku Utara, perjalanan maraton ini bukan sekadar catatan agenda. Ia menjadi potret tentang bagaimana kepemimpinan diuji dan dibuktikan di medan yang sesungguhnya.(Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.