“Trobek dan Janji untuk Tidak Hanya Menang, Tapi Merawat”: Jalan Awal Menuju Muscab HIPMI Tidore

oleh -401 Dilihat
oleh

TIDORE – Pagi di Joung Caffe, Tidore, bukan sekadar serangkaian aktivitas yang dimulai lebih awal. Di meja paling pojok, seorang pria berbaju putih tak ingin menjadi pusat perhatian tapi cukup dikenal untuk tak bisa luput dari pandangan tiba dengan tenang. Abubakar Yasin, atau yang lebih akrab disapa Trobek, membuka paginya bukan dengan retorika, tapi dengan niat: “Saya akan ambil posisi pertama untuk mendaftar.”

Pernyataan itu mungkin terdengar sederhana. Tapi di baliknya, tersimpan ingatan yang panjang tentang jalan seorang anak muda yang memulai dari Papua pada 1989. Jalan yang tak selalu lurus, penuh belokan dan tanjakan. “Jatuh bangun kami sudah berpengalaman,” katanya, bukan dalam nada keluhan, tapi sebagai penanda bahwa jalan itu pernah dan terus ia tempuh.

Ini bukan tentang aset, ini tentang pemahaman, ucapnya pelan, seolah ingin mengingatkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar soal jumlah nol dalam saldo, tetapi juga soal jejak dan niat baik yang ditinggalkan.

HIPMI Tidore Kepulauan sedang menyiapkan diri. Musyawarah Cabang (Muscab) tinggal menghitung hari. Di rumahnya, Ketua BPC HIPMI, Asril Bayan, menyampaikan bahwa tahapan-tahapan administratif sedang dirampungkan. Semua bergerak sesuai AD/ART, semua disiapkan dengan kehati-hatian agar proses demokrasi organisasi ini tak kehilangan makna.

“Kita butuh pemimpin yang bisa merangkul, bukan hanya berbicara,” kata Asril. Sebuah pengingat yang nyaring, bahwa organisasi seperti HIPMI hidup bukan hanya dari semangat dagang, tapi juga dari ikatan solidaritas dan keberanian untuk tumbuh bersama.

Trobek, dengan kisahnya sebagai direktur termuda di Papua dan keberhasilan mengangkat CV Mutiara Halmahera dalam ekosistem bisnis lokal, bukanlah nama asing. Tapi narasi yang ia bawa tak pernah tentang dirinya sendiri. Ia bicara soal ruang bersama, soal rasa memiliki, dan tentang bagaimana pengusaha muda Tidore bisa punya wadah yang bukan hanya bicara proyek, tapi juga bicara keberlanjutan.

Apa yang terjadi pagi itu di Joung Caffe bukan sekadar momen pendaftaran. Ia adalah pernyataan niat. Tentang bagaimana seseorang yang telah makan asam garam dunia usaha memilih untuk kembali ke ruang bersama dan berkata: saya ingin merawat, bukan hanya memimpin.

Karena dalam setiap Muscab, yang dipertaruhkan bukan hanya kursi dan jabatan. Tapi kepercayaan. Dan barangkali, di sanalah Trobek menaruh seluruh pengalamannya. Untuk menjadikannya bukan kekuatan pribadi, tapi milik bersama. (@b)

No More Posts Available.

No more pages to load.