TIDORE KEPULAUAN – Dugaan pencemaraan nama baik terhadap jurnalis di Kota Tidore Kepulauan yang dilakukan oleh salah satu pemilik akun Facebook atas nama Kapitan Hasane Bahta, akhirnya dikembangkan oleh penyidik Satuan Reserce dan Kriminal (Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) kota Tidore Kepulauan.
Hal itu terpantau saat Ketua Komunitas Wartawan Kota Tidore Kepulauan (Kwatak) Mardianto Musa memenuhi panggilan penydidik untuk dimintai keterangan pada, Kamis (17/1) siang kemarin.
Penyidik melakukan pemeriksaan terhadap Mardianto Musa kurang lebih 4 jam di ruang penyidik Polres Kota Tikep. Selain Mardianto Musa, penyidik juga bakal melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi lain.
“Untuk pengembangan kasus dugaan pencemaran nama baik jurnalis serta dugaan menyebarkan informasi hoax yang dilakukan oleh salah satu pemilik akun Facebook yang bernama Kapitan Hasane Bahta itu, akan didalami dengan memanggil sejumlah saksi untuk dimintai keterangan,” jelas Brigpol Rivai Adam selaku Penyidik Polres Tidore.
Tambah Rivai, saksinya itu bisa saja mereka yang juga ditandai postingan status milik pemilik akun tersebut, maupun orang-orang yang ikut berkomentar di dalam postingan itu.
Sekedar diketahui, pemilik akun facebook atas nama Kapitan Hasane Bahta pada tanggal 11 Januari 2019 menulis sebuah postingan di akun facebooknya. Dimana dalam Postingan itu, Kapitan Hasane Bahta mengkritisi kehidupan jurnalis di Kota Tidore Kepulauan (Tikep) yang dinilai olehnya berjalan tak wajar dengan menyamakan Jurnalis Kota Tikep seperti orang dengan kondisi “keterbelakangan mental” sehingga setiap produk beritanya tak enak dibaca.
Tak hanya itu, Kapitan Hasane Bahta juga mengatakan jurnalis di kota Tidore Kepulauan nyaris tidak punya independensi. Bahkan dirinya menyematkan jurnalis di Tikep disebut sebagai Biro Humas non formal.
“Kata independensi terlalu tinggi nilai bila dilekatkan dengan jurnalis di TIKEP. Nyaris tidak kita temukan jurnalis Independen di sana. Mereka tepat disebut Biro Humas non formal pemerintahan. Setiap berita mereka hanya menghibur pemerintah,” tulis Kapitan Hasane Bahta diakun facebooknya.
Berikut status lengkap Kapitan Hasane Bahta dari facebooknya yang diduga sebagai pencemaraan nama baik terhadap jurnalis di Kota Tidore Kepulauan.
“Secara pribadi saya ingin sekali hadir dalam diskusi sore ini di Elang Cafe, Tikep. Namun bersamaan ada urusan keluarga yang tidak bisa ditunda.
Kebetulan kedua pemateri sangat representatif, dan tentu bagi yang hadir dapat ilmu jurnalis secara mendalam dari keduanya. Untuk kalangan wartawan Maluku Utara kedua pemateri ini sangat dikenal dengan insting jurnalis yang kuat serta ketajaman menarasikan sebuah berita. Mereka sudah sangat matang dalam dunia ini.
Saya termasuk golongan orang – orang yang merugi karena belum berkesempatan hadir.
Jika saya hadir, ada beberapa hal yang penting dan wajib saya sampaikan. Pertama, kehidupan jurnalis di Kota Tikep selama ini berjalan tak wajar, seperti orang dengan kondisi “keterbelakangan mental” sehingga setiap produk beritanya tak enak dibaca.
Kedua, kata independensi terlalu tinggi nilai bila dilekatkan dengan jurnalis di TIKEP. Nyaris tidak kita temukan jurnalis Independen di sana. Mereka tepat disebut Biro Humas non formal pemerintahan. Setiap berita mereka hanya menghibur pemerintah.
Ketiga, dari sisi pembangunan Kota TIKEP belum pernah naik kelas begitu seterusnya dari tahun ke tahun, tapi jurnalis di sana tidak bahkan belum mau mencari dan ungkap penyebab kemacetan pembangunan di TIKEP.
Keempat, di tahun politik ini, jurnalis kita akan bermetamorfosis menjadi “pengamen”, yang hanya bersuara untuk rupiah.
Sekiranya itu pendapat saya, jika hadir dalam diskusi yang luar biasa itu”.
Atas statusnya itu, Kapitan Hasane Bahta mendapat kecaman dari seluruh jurnalis liputan kota Tidore Kepulauan. Karena dinilai telah melakukan penghinaan terhadap pekerja kuli tinta di kota Tidore Kepulauan.
“Apa yang dituding oleh yang bersangkutan lewat status di facebook itu sesungguhnya telah menghina jurnalis di Tidore. Terlebih yang bersangkutan tidak menyertakan bukti-bukti atas tudingannya. Ditambah lagi yang bersangkutan tidak menulis kritikan tersebut di media baik cetak maupun online, tetapi malah menulis di facebook,” kata Mardianto Musa.
Lanjut Mardianto, perbuatan tersebut sama halnya dengan menuding Jurnalis Tikep. Selain itu, tudingan yang dilontarkan oleh Kapitan Hasane Bahta dinilai menyebarkan hoax karena tidak mendasar. (Red)