TIDORE KEPULAUAN – Pemerintah Kecamatan Oba Tengah, Kota Tidore Kepulauan melaksanakan syukuran tolak tahun bertempat di Kelurahan Akelamo, Sabtu (01/02/2020).
Menurut Camat Oba Tengah, Rudy Ipaenin acara syukuran tolak tahun awal mulanya mulai dilaksanakan oleh masyarakat Akelamo dari Suku Sangir, Tobaru, Wayoli dan Tidore sejak tahun 1984 tepatnya pada tanggal 31 Januari sampai dengan 1 Februari 1984 dan terus dilestarikan sampai saat ini.
Kata Rudy, puncak acara syukuran tolak tahun ini ditandai dengan prosesi pemotongan “kue tamo”, dan di tahun 2020 disediakan sebanyak 11 buah kue tamo. Kue tamo berarti cinta damai, kali ini dibuat oleh Pemerintah Kecamatan Oba Tengah adalah kue tamo pertama yang dipotong oleh Camat Oba Tengah dan didaulat oleh para tetua adat, untuk memotong kue tamo dan dibantu oleh Pendeta Beit El-Akelamo.
“Syukuran Tolak Tahun adalah pesta tahunan rakyat di daratan oba sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan di tahun yang lalu, sekaligus sebagai upacara permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan perlindungan di tahun baru yang akan dijalani ini,” ucapnya.
Diakuinya, sebagai camat, dirinya juga mengaminkan do’a-do’a terbaik yang Bapak/Ibu/Saudarai/i panjatkan dalam acara syukuran lepas tahun ini agar diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga Kecamatan Oba Tengah umumnya & Kelurahan Akelamo khususnya dijauhkan dari kesulitan ekonomi, dijauhkan dari semua bala bencana dan wabah, dari sifat iri dan dengki, dari perpecahan yang dapat membawa kerugian besar serta semoga negeri ini menjadi negeri yang senantiasa dalam keadaan aman, damai, tenteram, sejahtera, adil, makmur dan diberkati.
Sementara, Pinatua Akelamo Karsplin Mendome, Syukuran tolak tahun ini awalnya bertujuan untuk mewujudkan persatuan dan kebersamaan agar terjalin ikatan kekeluargaan yang erat antar sesama anak negeri dari suku-suku di Akelamo, yaitu sangir, Tobaru, Wayoli dan Tidore sekaligus menjadikan generasi muda Akelamo sebagai generasi yang cinta dan mau melestarikan budaya daerah seperti Tarian Cakalele.
Dijelaskan, kue tamo sendiri terbuat dari Beras Ketan yang bermakna memperat hubungan antar suku, beras air melambangkan kekuatan ketika suku-suku bersatu. Sedangkan gula merah dan gula putih bermakna bahwa hubungan antar suku harus manis serta minyak kelapa bermakna pelumas dalam memecahkan masalah dalam hubungan antar suku.
Selanjutnya, bahan-bahan tersebut kemudian disatukan menjadi adonan kue bernama “tamo”. Artinya adalah meninggalkan tahun yang lama sekaligus menyambut tahun baru penuh rahmat. “Setelah kuwe tamo dipotong kemudian dibagikan kepada semua pengunjung acara syukuran sebagai bentuk kebersamaan antar sesama anak negeri,” jelasnya.
Sementara itu dalam sambutannya, Pendeta Bait El Akelamo berharap agar kedepannya acara pesta rakyat tahunan ini bisa lebih terkoordinasi dengan lebih baik dan dapat dikemas dengan lebih menarik serta mendapat dukungan penuh Lurah dan warga Kelurahan Akelamo serta mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan, sehingga dapat masuk menjadi agenda rutin pariwisata Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. (AB)