“Assalamualaikum, apakabar hari ini? Apa yang ade rasakan selama masa karantina, cerita dong.”
“Yang saya rasa selama karantina di mess, ketakutan dan waswas bu. Selain tidak boleh kemana kemana sama sekali, baik ke minimarket di seberang mess maupun ke kamar teman satu mess. Kita hanya boleh di kamar, ke kamar mandi, ke jemuran atau ke penjagaan. Jika ada personel yang merasakan sakit seperti pilek, tidak bisa mencium sesuatu, dsb maka langsung dirujuk ke RS untuk diperiksa. Jika hasilnya positif, maka yang sekamar denganya akan dijemput ambulance untuk di swab. Ketika malam, mendengar mobil ambulance masuk ke mess untuk menjemput yang positif, saya mengintip dari jendela. Sedih dan khawatir bu, melihat petugas kesehatan memakai APD lengkap ada di mess.”
Percakapan diatas adalah percakapan antara saya dan seseorang yang sedang menjalani masa karantina. Dia tinggal di mess dan ada rekannya positif covid 19, sehingga semua penghuni mess harus menjalankan masa karantina.
Dari keadaan yang tadinya leluasa pergi ke tempat kerja, terpaksa harus cuti 14 hari bersama rekan lainnya. Ada pertanyaan yang menarik ia ajukan,
“Apa benar bu, jika kita berpikiran negatif, berpikiran sakit, maka kita bisa sakit?”
Sehat bermula dari pikiran
Jawaban dari pertanyaan tersebut ada di bawah ini. Baca sampai tuntas sehingga paham.
Pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan dan saling memengaruhi. Tidak ada pemisahan antara pikiran dan tubuh, karena memang tidak bisa dipisahkan.
Apa yang terjadi di pikiran dan apa yang terjadi di tubuh saling terkait dan memengaruhi.
Pengaruh dari hubungan pikiran dan tubuh sebenarnya sangat mudah kita rasakan. Mungkin ada di antara Anda yang ketika hendak ujian akhir tiba-tiba perutnya mules atau sering bolak balik ke toilet untuk buang air kecil. Atau saat hendak bicara di hadapan banyak orang, jantung Anda berdetak lebih kencang, tangan Anda berkeringat, lutut terasa lunglai.
Pernah mengalami hal serupa?
Ada tulisan menarik di bawah ini yang saya kutip.
Ketika seseorang stres dapat mengakibatkan nyeri lambung atau bahkan terkena serangan jantung. Tekanan mental yang berkepanjangan dan ketidakbahagiaan membuat tubuh terasa berat, lemas, tidak berenergi, hilangnya nafsu makan atau justru sebaliknya makan berlebih, nyeri di punggung atau pundak.
Sedangkan bila kita merasa bahagia tubuh kita terasa ringan, penuh energi, lebih semangat, jarang flu atau peradangan karena tubuh kita memiliki kekebalan yang optimal.
Tubuh fisik hanyalah manifestasi dari pikiran yang bekerja jauh lebih halus dan seringkali tidak disadari. Dianne Connery dalam bukunya Traditional Acupuncture: The Law of Five Elements mengatakan setiap organ tubuh saling terhubung dan saling memengaruhi.
Dalam penelitian yang dilakukan secara mendalam mengenai hubungan pikiran, emosi, dan tubuh menemukan bahwa :
▪︎ Pikiran dan tubuh saling terhubung dan saling mempengaruhi bagaimana kita merasa secara emosi dapat menentukan bagaimana kita merasa secara fisik.
▪︎ Emosi tertentu mengakibatkan pelepasan hormon tertentu di tubuh fisik yang dapat memicu terjadinya berbagai penyakit fisik.
▪︎ Para peneliti telah secara langsung dan ilmiah menghubungkan emosi dengan hipertensi penyakit kardiovaskular dan penyakit yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Penelitian juga menemukan korelasi yang signifikan antara emosi dan Infeksi, alergi, dan penyakit autoimun.
▪︎ Secara khusus penelitian telah menghubungkan emosi seperti depresi dengan meningkatnya risiko kanker dan penyakit jantung.
▪︎ Emosi seperti cemas dan takut mengakibatkan detak jantung menjadi tidak teratur prolaps katup mitral irritable bowel syndrome/ IBS (gangguan umum usus besar biasanya menyebabkan kejang, nyeri pada area perut, kembung diare dan konstipasi), sakit kepala dan juga banyak penyakit lainnya.
Sumber : The Miracles of MindBody Medicine, How to Use Your Mind For Better Health, DR. Adi W. Gunawan, CCH.
Bagaimana agar tetap sehat selama masa pandemi covid 19?
Ada banyak cara atau teknik untuk bisa meningkatkan kualitas kesehatan selama masa pandemi dan adaptasi normal baru antara lain :
1. Doa
Berdoa adalah cara yang mudah dilakukan oleh siapa pun. Karena doa berhubungan dengan keimanan seseorang, keyakinan, kepercayaan akan kekuatan yang lebih besar dari kita yaitu pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Semakin kita sering melakukannya membuat pikiran kita jernih dan perasaan lebih tenang.
2. Menuliskan jurnal syukur
Dengan rutin menulis jurnal syukur dapat meningkatkan perasaan bahagia dalam setiap keadaan. Caranya syukuri hal-hal yang sudah diterima di masa lalu saat ini dan yang akan datang. Ssekecil apa pun nikmat yang Anda terima, bila disyukuri bukan saja diucapkan melainkan juga dirasakan, semakin mudah untuk merasa bahagia. Orang yang bahagia imunnya meningkat dan kesehatannya terjaga.
3. Munculkan ke Happy Moment
Ciptakan dalam pikiran berupa gambar, memori, suara, sensasi atau wewangian tertentu yang membuat Anda bisa merasakan kembali momen bahagia di masa lalu dan bahagianya bisa dirasakan saat ini.
4. Self-talk Positif
Self-talk adalah kata-kata positif, kalimat-kalimat positif dan dialog internal yang digunakan untuk memberikan label atau penerjemahan pikiran perasaan keyakinan dan pengalaman kita. Setiap kita dapat menggunakan self-talk positif. Dialog dengan diri sendiri yang positif dan konstruktif dapat membantu dan menenangkan. Apa yang Anda katakan pada diri sendiri sangatlah penting. Orang yang berpikir positif dan fokus pada perasaan dan pengalaman positif dapat mempengaruhi kesehatan fisik serta emosinya.
5. Saling Terhubung
Selama masa pandemi, sebagian orang lebih banyak di rumah saja. Walau demikian tidak membatasi anda untuk saling berinteraksi dengan orang lain. Anda bisa berbincang lewat telepon atau video call dengan keluarga yang jauh atau teman Anda. Anda juga bisa bertemu dengan seseorang yang Anda percaya bisa membantu Anda melepas tekanan mental dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Anda bisa menceritakan hal-hal yang membuat anda merasa bahagia maupun bisa tertawa bersama.
6. Menulis ekspresif
Menulis dalam bentuk ekspresi diri untuk mengeluarkan emosi dan pikiran melalui kata-kata dan cerita. Menulis ekspresif bukan sekadar kegiatan menulis atau mencatat tetapi juga salah satu cara melepaskan perasaan dengan cara aman.
7. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan imun sekaligus melepas tekanan mental Selain itu dapat memperlancar peredaran darah dan memunculkan hormon-hormon yang membuat Anda semangat. Olahraga tidak harus di tempat khusus dengan pakaian khusus ataupun gerakan khusus. Setiap aktivitas fisik yang membuat denyut jantung Anda meningkat itulah olahraga. Anda bisa memutar musik dan mengikuti panduan yang bisa anda pilih di YouTube dan lakukan tanpa harus merasa terpaksa. Olahraga adalah bagian dari wujud rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan atas tubuh kita.
8. Batasi membaca atau menonton berita atau informasi yang negatif
Di masa pandemi tak henti-hentinya kita dibanjiri oleh informasi yang tentunya tidak semua bisa kita terima. Tidak semua informasi yang terbaca, terdengar, terlihat atau kita tonton adalah informasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Ada baiknya kita batasi atau hindari sama sekali informasi-informasi tersebut sehingga kita terhindar dari ketegangan mental maupun ketidaknyamanan lainnya yang merusak perasaan atau pikiran sehingga terhindar dari pikiran-pikiran negatif yang memicu ketegangan mental.
9. Kegiatan Sosial
Lakukan kegiatan sosial bersama keluarga, komunitas atau organisasi tertentu. Semasa pandemi salah satu hikmah terbesarnya yaitu rasa empati kita tumbuh. Kegiatan Sosial seperti berbagi bahan makanan pokok, berbagi masker, berbagi APD atau makanan bisa meningkatkan perasaan diri berharga dan bahagia. Karena bisa memberi manfaat bagi orang lain.
10. Belajar Hal Baru
Semasa pandemi covid 19 tanpa kita sadari bahwa kita belajar hal baru setiap hari. Anda bisa mengikuti pembelajaran yang Anda minati secara online.
11. Menyatu dengan Alam
Salah satu hal yang paling mudah dilakukan selama masa pandemi adalah menanam tanaman berupa sayuran, buah-buahan maupun tanaman hias. Dengan menanam, memelihara atau merawat tanaman, membuat kita bahagia seperti merawat diri. Selain itu hasilnya bisa dipanen untuk dikonsumsi atau dibagi.
Sekarang anda sudah memahami bahwa pengaruh pikiran terhadap tubuh bisa positif maupun negatif. Bila pengaruhnya positif tubuh kita sehat dan kuat. Sebaliknya bila pengaruhnya negatif, fungsi tubuh akan terganggu bahkan bisa sakit bukan karena covid 19. Kondisi tubuh yang sakit disebabkan gangguan emosi ini yang disebut dengan penyakit psikosomatis.
Pikiran dan perasaan yang positif menjadikan tubuh kita kuat. Bila kita mengutip satu lirik dari lagu Indonesia Raya “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya” lirik tersebut bisa kita maknai bahwa kesehatan mental sangatlah penting untuk dijaga atau ditingkatkan sehingga fisik kita tetap sehat.
Sehat bermula dari pikiran. Jaga pikiran, perasaan, perkataan dan tindakan, karena itu ada dalam kendali kita. Sehingga selama masa pandemi ini kita mudah untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru tanpa menambah masalah baru.
Salam sehat
Nina Marlina
Hipnoterapis Klinis